"Aku.... akan keluar. Aku akan melepaskanmu" ucap Ha Ni. Langkah Seung Jo terhenti dan menatap Ha Ni, kemudian berjalan dengan cepat sehingga Ha Ni tertinggal. Ha Ni berusaha mengejar Seung Jo dan meneruskan kalimatnya,
"Melegakan bahwa Joon Gu bekerja sangat keras. Ayahku juga sangat menyukainya. Sekarang. aku harus membantu ayahku di restoran dengan Joon Gu" ucap Ha Ni. Seung Jo menghentikan langkahnya dan menatap tajam Ha Ni lagi, "Kamu menyukainya? Bong Joon Gu?" tanya nya pada Ha Ni. Sesaat Ha Ni berusaha menelan ludahnya,
"Tentu saja. Selama 4 tahun dia hanya menyukaiku" jawab Ha Ni.
"Jika seseorang bilang dia menyukaimu, lalu kamu hanya menyukainya seperti itu juga?" seru Seung Jo mulai meninggikan suaranya.
"Kenapa? Tak boleh? Sekarang aku lelah mengejar-ngejar. Aku ingin memandang orang yang menyukaiku. Aku suka Joon Gu" seru Ha Ni ikut meninggikan suaranya. "Kamu... menyukaiku. Kamu tak bisa menyukai orang lain selain aku" seru Seung Jo.
"Apa ini, begitu percaya diri?" ucap Ha Ni.
"Apa aku salah?" seru Seung Jo.
"Ya, kamu benar! Aku hanya menyukaimu. Lalu apa yang dapat kulalukan? Kamu tak pernah memandangku. Orang seperti aku..." seru Ha Ni kesal. Seung Jo melepaskan payungnya kemudian mencium Ha Ni di bawah guyuran hujan.
"Jangan bilang bahwa kamu menyukai orang lain" ucap Seung Jo.
"Ini yang kedua kalinya" ucap Ha Ni tersenyum.
"Kedua apa?" tanya Seung Jo lembut.
"Ciuman..." ucap Ha Ni.
"Ini yang ketiga" ucap Seung Jo lalu memeluk Ha Ni, "Tak masalah. Aku tak akan menghitungnya lagi" ucap Seung Jo kemudian. Ha Ni pun tersenyum mendengarnya. Sementara itu di rumah Baek Seung Jo, Kedua keluarga berkumpul.
"Ini masih belum waktunya. Mereka anak-anak. Tak perlu seperti itu" ucap ibu Seung Jo.
"Hanya karena pembicaraan pernikahan, bukan berarti semuanya akan langsung terjadi" ucap Ayah Seung Jo.
"Ini akan menjadi tak nyaman, tidak, aku yang tak nyaman" ucap ayah Ha Ni.
"Gi Dong-shi!" seru ibu Seung Jo.
"Terima kasih atas apa yang telah kalian lakukan. Sudah dua kali...Aku akan segera membayarmu" ucap ayah Ha Ni seraya menepuk tangan ayah Seung Jo. Seung Jo dan Ha Ni memasuki rumah dalam keadaan basah, sang adik pun bangkit menghampirinya. kedua orang tua mereka pun langsung berbalik melihat mereka,
"Oh sayang! Apa yang terjadi pada kalian berdua? Kalian bisa terkena flu. Cepat, naik dan ganti baju" ucap ibu Seung Jo.
"Ya" ucap Ha Ni lalu mereka berdua pun beranjak naik tangga.
"Hyung! Oh Ha Ni akan keluar" ucap si adik. Ha Ni dan Seung Jo menghentikan langkahnya. dan memandang ke arah keluarga, ayah Ha Ni pun menjawab dengan anggukan. Seung Jo langsung menggenggam tangan Ha Ni sehingga Ha Ni kaget. Ia pun langsung memandang Seung Jo.
"Ada sesuatu yang ingin aku katakan" ucap Seung Jo.
"Padaku? Oke, ganti baju dulu, lalu..." ucap ayah Ha Ni memerintahkan mereka.
"Aku... ingin menikah dengan Oh Ha Ni" ucap Seung Jo yang tentu saja membuat Ha Ni, orang tua mereka dan Eun Jo terperangah kaget.
"Apa?" seru ayah Seung Jo terperangah.
"Seung Jo..." ucap Ibu Seung Jo kaget.
"Tentu saja, bukan sekarang, tapi setelah kami lulus,
dan perusahaan ayah mulai membaik, jika anda menerimanya, ayah" seru Seung Jo. "A... apakah kamu serius sekarang?" tanya ayah Ha Ni kaget.
"Ya" jawab Seung Jo dengan mantap.
"Kamu sudah tahu, tapi Ha Ni tak pandai dalam segala hal" ucap ayah Ha Ni.
"Aku tahu" ucap Seung Jo.
"Dan dia tidak begitu cemerlang" ucap ayah Ha Ni.
"Aku tahu"ucap Seung Jo sambil tersenyum.
"Dan dia tak bisa memasak" ucap ayah Ha Ni sambil tersenyum.
"Aku tahu dengan baik"ucap Seung Jo.
"Dia sembrono dan mudah celaka" ucap ayah Ha Ni..
"Sangat" ucap Seung Jo tertawa.
"Meskipun begitu, Dia cemerlang dan sangat bagus dalam melakukan hal yang baik. Dia memiliki sisi imut dalam dirinya" ucap ayah Ha Ni dengan bersemangat.
"Ya. Aku sangat tahu itu" ucap Seung Jo sambil tertawa. Ha Ni tersipu malu di sebelahnya.
"Baiklah karena Ha Ni sangat menyukaimu" seru ayah Ha Ni terharu, namun belum selesai ia bicara, ibu Seung Jo langsung berteriak kesenangan seraya menghampiri Seung Jo dan Ha Ni. "Ha Ni! Ini berubah sangat baik! Ini hebat! Hei Baek Seung Jo! Mengapa kamu sangat keren?" seru Ibu Seung Jo sambil memeluk Ha Ni. Ayah Ha Ni dan Ayah Seung Jo pun tertawa bahagia, Hanya Eun Jo yang tampak murung, kecewa dengan perubahan sikap abangnya. Ha Ni berdiri di serambi kamarnya, memandangi pemandangan malam, Seung Jo muncul mendekatinya,
"Kamu tidak tidur?" tanya nya pada Ha Ni.
"Ya..." ucap Ha Ni tersenyum-senyum sendiri.
"Hujannya berhenti" ucap Seung Jo lagi.
"Oh..."ucap Ha Ni masih tersenyum sendirian.
"Karena hujannya telah berhenti, langitnya tampak jelas" ucap Seung Jo masih berbasa-basi.
"Betul" ucap Ha Ni membenarkan perkataan Seung Jo.
"Kamu tak dingin? Aku akan tidur duluan" ucap Seung Jo memandang Ha Ni kemudian berbalik arah ingin meninggalkan Ha Ni. Namun tangan Ha Ni meraih tangan Seung Jo, sehingga ia menghentikan langkahnya, "Apa?" ucapnya memandang Ha Ni. Ha Ni hanya tertawa. "Apa ini?" tanya nya lagi.
"Hanya saja, kalau kamu pergi tidur seperti ini, saat pagi tiba, Bagaimana jika kamu kembali menjadi Baek Seung Jo yang dingin? Itu yang aku pikirkan" ucap Ha Ni sambil tertawa.
"Kalau begitu, kamu ingin kita tidur bersama malam ini?" tanya Seung Jo menggoda Ha Ni.
"B... bukan seperti itu" ucap Ha Ni malu-malu.
"Baiklah. Ayo disini sebentar lagi" ucap seung Jo lalu memeluk Ha Ni dari belakang. "Bahkan aku tak bisa membayangkannya, bahwa kamu akan menyukaiku" ucap Ha Ni sambil tersenyum.
"Aku juga" ucap Seung Jo. Ha Ni berbalik arah dan memeluk erat Seung Jo, "Aku menyukaimu. Aku teramat sangat menyukaimu" ucap nya. Sementara itu ibu Seung Jo ditemani Eun Jo sibuk merekam adegan mesra anaknya,"Ibu, akankah ibu hentikan itu?" rengek Eun Jo.
"Hei! Shh!" gumam sang ibu. Joon Gu tampak stress di warung ayah Ha Ni. Ia terbayang kejadiannya bersama Ha Ni beberapa saat lalu.
"Kenapa aku melakukannya?! Jika aku tiba-tiba seperti itu, maka perasaannya padaku hanya akan berkurang. Joon Gu, sungguh, ada apa denganmu?" gumamnya sendirian sambil memukul meja. Ha Ni masih terjaga di kamarnya, ia sibuk merenung membayangkan semuanya yang terjadi hari ini bersama Seung Jo. Ia tertawa sendiri. Di kamar sebelah Seung Jo juga tidak bisa tidur, ia merenung di tepi jendela. Seung Jo mendengar suara Ha Ni, ia pun menoleh ke arah kamar Ha ni, "Kamu tidak tidur?" tanya nya. Ha Ni kaget lalu ia bergegas pelan-pelan ke arah tempat tidur. Seung Jo tertawa mendengar suara gerak perpindahan Ha Ni. Di kedai, Joon Gu sibuk menata makanan sambil bergumam sendiri,"Ha Ni...Aku salah kemarin. Makan ini dan maafkanlah aku, oke?"
Ayah Ha Ni pulang dari pasar, karena mendengar suara Joon Gu, ia berfikir sudah ada pelanggan yang datang. Ia pun mendekati Joon Gu,
"Aigoo! Hei Joon Gu! Kenapa kamu sudah ada disini?" tanya sambil meletakkan belanjaan.
"Oh Chef, anda sudah pergi ke pasar?" tanya Joon Gu.
"Ya, betul. Tapi apa ini semua? Pagi-pagi begini? Kenapa kamu membungkus makan siang? Yah, bahkan ada sayap ayam" tanya ayah Ha Ni sambil mencicipi sayap ayam.
"Aku mempersiapkannya untuk Ha Ni" jawab joon Gu.
"Ha Ni?" tanya ayah Ha Ni kaget.
"Ah, ya. Sebenarnya, aku... ke Ha Ni...Bukan apa-apa!" ucap Joon Gu kemudian.
"Ini sungguh indah" ucap Ayah Ha Ni memuji kreatifitas Joon Gu.
"Mereka juga sudah memiliki nama. Ini dipermanis dengan madu (honey), jadi ini disebut "Oh Ha Ni"." ucap Joon Gu menunjuk makanan yang dimaksudnya.
"Oh. Ha. Ni." ucap ayah Ha Ni tertawa.
"Fokus dari yang ini adalah sayap ayamnya, jadi ini disebut "Bong Joon Gu"" ucap Joon Gu lagi sambil menunjukkan makanannya.
"Oh Ha Ni, Bong Joon Gu" ulang ayah Ha Ni sambil tertawa.
"Bagaimana jika kita membuat Sok Pal Book Lunch box (kotak makan siang)?" ucap Joon Gu.
"Sok Pal Book Lunch box?" tanya ayah Ha Ni sambil berfikir."Ah, biarkan aku memikirkannya lebih dahulu" ucapnya kemudian.
"Ya! Oh Ha Ni~ Bong Joon Gu~ ! Selesai" ucap Joon Gu sambil bernyanyi kecil. Ha Ni mengobrol bersama teman-teman di taman kampusnya,
"Apa? Apakah ini lelucon?" tanya temannya.
"Ini kenyataan! Dia mengatakannya didepan semua orang tua!" ucap Ha Ni bersemangat.
"Baek Seung Jo? Bukan Bong Joon Gu?" ulang temannya lagi.
"Ya" ucap Ha Ni sambil tertawa.
"Kenapa? Kenapa dia tiba-tiba ingin menikahimu?" tanya temannya lagi.
"Aku tak yakin. Mungkin akhirnya dia menyadari perasaanku. Dia mengetahui itu adalah cinta. Kisah cerita seperti itu" Ha Ni menjelaskan.
"Lalu kamu akan langsung menikah?" tanya si teman.
"Masih lama, tidak sebelum kami lulus." ucap Hani
"Wow, Oh Ha Ni, itu hebat! Hei! Aku ingin menjadikanmu guru hidupku!" seru si teman.
"Kenapa kamu ini!" ucap Hani Malu.
"Ngomong-ngomong, selamat, mengejar-ngejar selama 4 tahun akhirnya terbayarkan!" ucap teman satunya lagi.
"Akhirnya kamu mendapatkannya! Selamat!"jerit temannya.
"Terima kasih"ucap Ha Ni.
"Kamu sebegitu menyukainya?! Ya, dia menyukainya! Ah, lalu... bagaimana tentang Bong Joon Gu? Ah, benar. Dan Yoon He Ra...?" tanya si teman.
"Seung Jo bilang dia akan memberitahu He Ra. Dan aku harus memberitahu Joon Gu" ucap Ha Ni. Joong Gu mendatangi kampus Ha Ni dan membawakan lunch Box yang sudah ia siapkan. ia melihat keramaian, lalu segera mendatanginya, ia kaget karena sumber keramaian itu adalah pengumuman pertunangan Ha Ni dan Seung Jo. Joon Gu tertunduk lemas memandangi lunch box nya. Seung Jo berbicara dengan He Ra di taman,
"Ini lebih cepat dari yang kupikir. Aku tahu kalau suatu hari kamu akan menyadari perasaanmu yang sebenarnya, tapi hari ini datang lebih cepat dari yang kupikir" ucap He Ra.
"Aku juga tak tahu kalau ini akan terjadi. Kamu tahu?" ucap Seung Jo.
"Ibumu juga tahu, kan?" ucap He Ra
"Oh Ha Ni sungguh susah di pahami. Seperti menyelesaikan permasalahan tanpa jawaban.Itulah mengapa sangat susah" ucap Seung Jo sambil tersenyum. He Ra tersenyum mendengar pernyataan Seung Jo.
"Tapi kamu tak ingin mengakuinya, bukan? Bahwa Baek Seung Jo memiliki masalah yang seberapapun susahnya dia mencoba, dia tak bisa menemukan jawabannya" ucap He Ra.
"Bagaimana bisa kamu mengetahuiku sebegitu baiknya?" tanya Seung Jo. He Ra hanya tersenyum mendengarnya.
"Tapi sekarang tidak susah lagi?" ucap He Ra.
"Itu susah saat aku mencoba untuk tidak dikontrol oleh perasaan itu. Tapi saat aku mengakuinya, "aku sungguh menyerah pada bocah ini". Sekali aku pasrah, itu tak lagi susah. Sekarang ini menyenangkan" ucap Seung Jo sambil tersenyum.
"Hei! Kamu datang meminta maaf, tapi tidakkah kamu menyombong berlebihan?"ucap He Ra.
"begitukah? Oke. Aku dengan tulus meminta maaf. Tapi aku hanya bercanda. Aku sungguh merasa kita berdua sangat cocok. Saat aku bersamamu, aku sangat nyaman" ucap Seung Jo sambil memandang He Ra.
"Kamu kabur ke aku yang menyenangkan untuk menghindari si susah Ha Ni, hah?" ucap He Ra sambil merengut.
"Maafkan aku" ucap Seung Jo.
"Kamu tak bilang kamu tidak begitu. Tapi bagaimana lagi? "Aku baik-baik saja." Aku tak bisa bilang begitu" ucap He Ra. Seung Jo terdiam mendengar pernyataan He Ra. "Takut? Oke. Aku menerimanya" ucap He Ra menggoda Seung Jo. Ia pun bangkit lalu mengulurkan tangannya, "Selamat atas pernikahanmu" ucapnya.
"Itu masih lama!" ucap Seung Jo.
"Aku mengucapkannya diawal, kalau begitu" ucap He Ra tersenyum.
"Oke" ucap Seung Jo lalu bangkit membalas uluran tangan He Ra.
"Apa ini? Aku berusaha membuang perasaanku. Mengapa tanganmu sangat hangat?" ucap He Ra tersenyum simpul.
"Kamu benar-benar gadis yang baik"ucap Seung Joo.
"Aku tahu" ucap He Ra. Mereka kemudian melepaskan tangan mereka, He Ra tersenyum getir, terlihat jelas kalau ia menahan perasaannya. Di kedai, Joon Gu duduk sedih memandangi foto Ha Ni. Para karyawan lainnya menawari Joon Gu makan, namun ia menolak. Ia pun menyerahkan lunch box kepada para karyawan tadi. Para karyawan memuji masakan Joon Gu, namun Joon Gu malah memikirkan Ha Ni.
Ha Ni mencoba menghubungi ponsel Joon Gu, Sementara itu, Joon Gu sibuk bersih-bersih di kedai. Hp Nya berdering, Joong Gu pun melihat Hp nya, begitu ia tahu Ha Ni yang menghubunginya, ia mengabaikan panggilan tersebut. Ha Ni kepikiran kejadian semalam yg terjadi antara ia dan joon Gu, namun sesaat kemudian fikirannya beralih ke Seung Jo. Ia mendengar bisik-bisik temannya membaca pengumuman pertunangannya di mading, mereka ada yang memuji, ada juga yang mencela Ha Ni. Ha Ni hanya memasang wajah jutek mendengar semuanya. Di tempat lain, He Ra mencoba melepas stress dengan bermain tenis,ia teringat semua akan memori kebersamaannya bersama Seung Jo, ia pun semakin kuat memukul bola tenis. sementara itu dari luar lapangan Senior Kyung So mengawasinya. Ia pun bergegas membeli minuman untuk He Ra. Namun karena ia tidak tahu apa minuman kesukaan He Ra, ia jadi stress sendiri. He Ra bermain tenis hingga malam hari, Senior menungguinya dari belakang sambil membawa minuman. Tepat ketika He Ra hendak memukul bola terakhir, tangannya sakit, ia pun mengaduh. He Ra terduduk di lapangan, Senior pun menanyakan kondisinya, He Ra heran melihat senior membawa Bir. Namun karena haus, He Ra mengambil bir tersebut, tapi entah mengapa kaleng bir sulit terbuka. Senior menawarkan diri untuk membukanya, namun He Ra menolak. Ia mengutuk kesal dan meneteskan air mata. Senior yang melihatnya pun menyuruh He Ra menangis saja tak usah malu, He Ra pun menangis di pundak Senior. Senior pun ikut menangis, namun ia merasa canggung dengan keadaan ini, sebenarnya ia ingin memeluk pundak He Ra untuk menguatkannya, tapi ia segan. Di tempat lain, Joong Gu bermain kembang api sendirian sambil minum bir. Ia pun bergumam," Ha Ni, aku sungguh ingin melakukan hal ini bersamamu". Lalu Hp nya berbunyi yang tak lain adalah telpon dari ayah Hani. Di tempat lain Ha Ni berjalan di keramaian malam. Ha Ni mendatangi kedai ayahnya, ia memandangi Joon Gu, kemudian masuk menghampiri Joon Gu. Mereka merasa saling tidak enak, akhirnya Joon Gu memulai percakapan dengan menyerahkan dompet ayah Ha Ni yang tertinggal. Joong Gu sibuk kembali dengan pekerjaannya, Ha Ni memujinya. Lalu terdengar suara orang masuk, mereka pun menoleh ke arah datang suara, ternyata Seung Jo yang datang. Seung Jo menghampiri mereka. Seung Jo mengajak Joon Gu bicara, namun Joon Gu menolak dan menyuruh Seung Jo pergi, akhirnya Seung Jo berbicara di tempat itu juga, "Aku...Menyukai Oh Ha Ni. Kami tak perlu ijinmu untuk berpacaran, tapi ini penting bagi Ha Ni. Akan jadi baik jika kamu melepaskannya. Jika kamu melepaskannya, maka semuanya akan menjadi baik" ucap Seung Jo yang membuat Ha Ni dan Joong Gu kaget.
"Hei! Itu hal bodoh yang harus diucapkan. Melepaskan... melepaskan apa? Hei Baek Seung Jo. Selama ini kamu telah sangat jahat pada Ha Ni.Sekarang apa yang sedang kamu coba katakan? Tampaknya kamu tak tahu. tapi selama 4 tahun, aku menyukai Ha Ni" seru Joon Gu kesal.
"Joon Gu. Maafkan aku" ucap Ha Ni lirih.
"Mengapa kamu minta maaf?" ucap Joon Gu. "Tentu saja aku minta maaf dan bersyukur. Tapi sungguh..." ucap Ha Ni namun terpotong,
"Tak apa. Jangan ucapkan itu. Aku sudah tahu. Aku sudah melihatnya" ucap Joon Gu sambil membalikkan badan membelakangi Seung Jo dan Ha Ni.
"Ah Oh Ha Ni, sungguh..Kamu benar-benar tidak memiliki selera terhadap laki-laki. Nantinya, bahkan jika kamu menyesalinya,
Aku tak akan melakukan sesuatu. Kamu tak apa dengan itu? Lihat? Bahkan kamu tak bisa merespon dengan cepat" ucap Joon Gu, Ha Ni hanya terdiam sedih.
"Baek Seung Jo. Apa yang akan kamu lakukan? Ha Ni tak bisa memberi respon" ucap Joon Gu sambil berbalik memandang Seung Jo.
"Ya. Aku takut" ucap Seung Jo.
"Seung Jo. Cukup tahu kalau aku akan selalu mengawasimu. Jika kamu membuat air mata keluar dari mata Ha Ni, Aku akan membuat air mata darah keluar dari matamu" ancamnya pada Seung Jo.
"Aku akan mengingatnya" ucap Seung Jo.
Ayah Ha Ni ingin masuk ke kedai,namun karena melihat Ha Ni dan Seung Jo di dalam, ia batal dan bersembunyi. Seung Jo dan Ha Ni meninggalkan kedai. Sang ayah pun memandangi kepergian mereka. Lalu memandang ke dalam kedai. Seung Jo berjalan ke arah mobilnya, dan Ha Ni kaget melihat mobil tersebut, "Apa ini?" serunya.
"Masuk" ajak Seung Jo. Ha Ni pun berjalan ke arah pintu mobil.
"Mobil apa ini?" serunya setelah masuk ke dalam mobil.
"Ini mobil perusahaan. Sekarang aku menggunakannya. Aku hanya merasa tak nyaman menggunakan mobil ayah" ucap Seung Jo menjelaskan.
"Wow...Ini bagus! Kalau begitu, haruskah kita pergi jalan-jalan?" seru Ha Ni sambil tersenyum.
"Jangan berpikir seperti itu. Mobil ini hanya untuk keperluan perusahaan saja" ucap Seung Jo ketus. Ha Ni pun memasang wajah jutek.
Di kedai, ayah Ha Ni mengajak Joon Gu minum.
"Chef..." seru Joon Gu.
"Ya, Joon Gu?" jawab ayah Ha Ni.
"Anda tahu, aku...ingin memanggilmu ayah. Aku benar-benar ingin memanggilmu "ayah mertua". Ayah mertua-ku." ucap Joon Gu sambil menangis. Ayah Ha Ni hanya bisa diam sambil menuangkan minuman untuk Joon Gu. Di Kantor, Ayah Seung Jo sedang berbicara dengan direktur.
"Aku sungguh minta maaf atas apa yang terjadi dengan cucu anda. Ini sepenuhnya kesalahan saya. Bangkrut dan semuanya Seung Jo dapat dipercaya, tapi dia masih sangat muda. Dia tidak..." ucap ayah Seung Jo menjelaskan namun terpotong,
"Anda tak perlu berbasa-basi. Investasi saya sudah terdaftar, dan karena semua ini terjadi, investasi saya tak lagi ada. Simpel." ucap direktur.
"Tapi tetap... game ini hampir sempurna dan anda benar-benar menikmatinya.." ucap ayah Seung Jo mencoba menjelaskan kembali.
"Saya bukan orang sebaik itu. Saya tak bisa memisahkan bagaimana perasaan saya dan apa yang seharusnya saya lakukan! " ucap direktur masih bersikeras.
"Karena tertarik, game ini mungkin disukai." ucap ayah Seung Jo. pintu kantor di ketuk, Seung Jo pun masuk.
"Seung Jo!" bisik ayah Seung Jo.
"Kamu datang untuk menyaksikan hukuman untuk dirimu?" seru direktur.
"Tidak. Aku menyelesaikan masalah sendiri dengan cucumu. Hari ini, aku datang untuk berbicara mengenai bisnis." ujar Seung Jo.
"Seung Jo" bisik ayah nya.
"Apa?!" teriak direktur.
"Meminta maaf atas apa yang terjadi, aku tak yakin He Ra akan menginginkannya. Untuk alasan apapun, meletakkannya pada posisi yang disakiti...posisi untuk menerima permintaan maaf, aku tak yakin dia menyukainya. Aku memiliki pribadi mirip dengannya, jadi aku sedikit tahu tentang dia" ucap Seung Jo.
"Lalu? Kamu tak akan meminta maaf pada He Ra tetapi kamu masih ingin saya untuk investasi?" seru Direktur sambil tersenyum sinis.
"Ya"ucap Seung Jo.
"Seung Jo!" bisik ayahnya mengingatkan Seung Jo namun tidak di gubrisnya.
"Tolong berinvestasi. tapi anda tak perlu berinvestasi di perusahaan kami. Game kami, kami bisa menyerahkannya pada perusahaan lainnya. atau perusahaan anda bisa sepenuhnya menanganinya. Dimanapun itu, tolong ijinkan kami memiliki pelayanan game ini. Selama 2 bulan ini pegawai kami bekerja siang dan malam, bahkan mengesampingkan bayaran mereka. Mereka bekerja sangat keras dan hasilnya bagus. Tak apa jika anda ingin mencampakkan perusahaan kami, tapi tolong setidaknya ijinkan game ini menyaksikan lampu sorot dan tolong selamatkan para pekerja kami." ujar Seung Jo sopan. Ayah Seung Jo tertunduk mendengar penjelasannya, sedangkan direktur hanya tersenyum sinis.
"Menyerah pada hal dibawah saya karena anda tidak menyukai saya..."ucap Seung Jo lagi, namun di potong oleh direktur.
"Itu kekanak-kanakan? Kamu menguliahi saya sekarang, ya?" seru direktur.
"Bukan begitu" ucap Seung Jo.
"Baek Seung Jo! Saya tidak menyukaimu" bentak direktur sehingga ayah Seung Jo kaget.
"Aku sungguh minta maaf" ucap Seung Jo.
"Setidaknya kamu seharusnya memohon sesuatu. Berinvestasilah pada kami atau ini adalah akhir perusahaan kami. Aku bersalah pada He Ra. Tolong maafkan aku. Kamu harus memohon seperti itu, bajingan. Seperti itu maka aku akan tergerak dan menandatangani kontrak. Idiot." seru direktur kemudian ia meminta asistennya membawakan stempel untuk menandatangani kontrak. Ayah Seung Jo tersenyum pada Seung Jo.
"Terima kasih banyak" ucap Seung Jo sambil tersenyum.
"Kamu tak bisa mencuri uangku.Bayar aku kembali berlipat-lipat" seru direktur.
"Ya, akan saya lakukan" ucap Seung Jo bahagia.
"Terima kasih" ucap ayah Seung Jo. Di rumah, semua anggota keluarga berkumpul di ruang keluarga membahas peluncuran game,
"Jadi peluncurannya minggu depan?" tanya ibu Seung Jo.
"Ya. Selama tak ada masalah" jawab Seung Jo.
"Seung Jo, kamu sangat menakjubkan" ucap ayah Ha Ni sambil menepuk pundak Seung Jo.
"Aku sungguh berhutang budi padamu kali ini. Aku sangat terkejut. Membuatku heran apakah kamu benar-benar anakku. Kamu keren. Tapi kamu tak bisa sombong di depanku. Kamu pikir aku telah melewatinya hanya sekali atau dua kali?" ucap ayah Seung Jo sambil tertawa.
"Ya, pasti telah seperti itu." jawab Seung Jo menanggapi ucapan ayahnya.
"Ya, itulah mengapa kamu harus keluar sekarang. Kamu sudah cukup mengerjakannya, jadi kamu bisa berhenti. Saatnya untukmu memilih jurusan untuk tahun depan. Kamu harus masuk sekolah kedokteran" ucap sang ayah sambil tersenyum. Semuanya tersenyum, Seung Jo heran tidak percaya.
"Tapi tak ada jaminan bahwa game ini akan sukses. Lalu, kita baru saja berhutang, dan kesehatan ayah..." ucap nya namun terpotong oleh ucapan san ayah.
"Barusan kubilang jangan menyombong! Aku sangat terkenal di dunia industri game di negara ini! Kamu jangan coba-coba melewatiku! Seung Jo, jangan kamu berani mencuri tempatku. Aku akan menjalankannya selama dua puluh tahun kedepan." ujar ayahnya sambil pura-pura marah. Seung Jo tertawa melihat sikap ayahnya.
"20 tahun? Dan setelah itu?" ucap ayah Ha Ni sambil tertawa.
"Ada aku! Aku lebih hebat soal game dibandingkan hyung (kakak). Dia tidak suka game, dan dia tidak jago memainkannya. Jika aku bekerja keras dari sekarang, aku bisa jadi ahli waris yang handal." ucap Eung Jo bersemangat, semua keluarga tertawa mendengarnya, Ha Ni langsung mengelus kepala Eun Jo.
"Jadi, Seung Jo hyung, jadi dokter. Jadilah dokter dan sembuhkan anak-anak seperti No Ri.No Ri sakit lagi" ucap Eun Jo kepada Seung Jo.
"Aku dengan cepat menyelamatkan perusahaan ini, tapi tampaknya aku dengan cepat dikeluarkan." ucap Seung Jo sambil tersenyum.
"Ya, dan sesegera game ini diluncurkan, ayo masukkan dia ke sekolah kedokteran!" ucap ibu Seung Jo. Ha Ni tersenyum sambil memandangi Seung Jo. Ha Ni duduk di taman kampus bersama dua orang temannya, sambil mengobati luka temannya, mereka pun mengobrol masalah kesibukan aktifitas mereka. Sementara itu Seung Jo sedang mempresentasikan gamenya. dan acara peluncuran game pun berjalan sukes. Di ruangan kerja direktur, He Ra dan kakeknya menonton acara wawancara Seung Jo.
"Sesuai harapan! Tidakkah dia baik, kakek?" ucap He Ra sambil tersenyum pada kakeknya.
"Ya. Dia sangat dibutuhkan" ucap sang kakek.
"Tentu saja! Akankah aku menyukai orang yang sepele/biasa?" ucap He Ra sambil memasang wajah manja.
"Itu masa lalu. Kalau begitu, kamu sudah menghapus perasaanmu? Kamu sangat kecewa dengan akhirnya" ucap sang kakek.
"Melihatnya lagi, aku jadi serakah lagi. Ah, melelahkan" ucap He Ra.
Di kedai, Joon Gu sibuk mencuci piring sambil menonton acara wawancara Seung Jo, ia pun bergumam sendiri sambil tersenyum, "Baiklah, Baek Seung Jo. Mari kita berusaha yang terbaik" Ayah dan Ibu Seung Jo, Eun Jo, dan Ha Ni sedang makan bersama sambil membahas acara peluncuran game,
"Di internet, respon dari game ini meledak" ucap ibunya
"Bahkan walau dia adalah anakku, Seung Jo sungguh menakjubkan" ucap si ayah.
"Ha Ni, Aku melihat webtoon yang Min Ah pasang di internet. Sungguh lucu" ucap ibu Seung Jo pada Ha Ni.
"Begitukah? Belakangan webtoon nya sangat populer. Kurasa pada waktunya dia bisa berada diantara kartunis yang paling terkenal" ucap Ha Ni sambil tersenyum.
"Itu hebat" ucap ibu Seung Jo.
"Aku tahu. Aku senang karenanya" ucap Ha Ni.
"Kulihat karena dia sangat berbakat dia sudah menciptakan namanya sendiri. Kudengar mendapat pekerjaan setelah lulus sangat susah belakangan ini, jadi mereka mewawancarai gila-gilaan. Baik untuk dia. Walaupun susah begitu, aku dengar didunia ini ada banyak murid yang tidak peduli. Temanmu itu pasti sangat bekerja keras" ucap ayah Seung Jo sambil tersenyum kepada Ha Ni.
"Ya, mereka bekerja keras" ucap Ha Ni dengan senang karena temannya di puji.
"Murid yang "tidak peduli sama sekali" itu, juga ada satu orang dirumah kita." celetuk Eun Jo.
"Kamu... lagi-lagi!" ucap ibunya sambil menyenggol pundak Eun Jo.
"Oh, Ha Ni, ada sesuatu yang dikirim kampus untukmu. Eun Jo, ambilkan barang yang ada di paling atas sana" ucap ibunya sambil menunjuk letak amplop. Eun Jo pun bergegas mengambil amplop tersebut.
"Ini" ucap ibu Seung Jo sambil menyerahkan amplop pada Ha Ni. Ha Ni pun membuka amplop tersebut.
"apa itu: tanya ibu Seung Jo.
"Kartu laporan..." jawab Ha Ni. Eun Jo pun mulai mengolok-olok Ha Ni. Ha Ni duduk di tempat tidur dalam kamarnya, ia tampak stress melihat hasil lapornya.Beberapa saat kemudian Seung Jo masuk ke dalam kamarnya.
"Bagaimana ini?!" rengeknya kepada Seung Jo sambil memegang tangan Seung Jo. Seung Jo hanya diam saja memandangi Ha Ni. Ha Ni tersadar kemudian melepaskan tangannya dan kembali duduk di tempat tidur sambil terdiam.
"Aku kalkulasi kreditku dan menenangkan diri. kurasa tak apa-apa. Kreditku tidak cukup" ucap Ha Ni sambil memasang wajah memelas.
"Kalau begitu mungkin ada kesalahan dalam menghitung kreditnya" ucap Seung Jo.
"Hah? Tampaknya seperti itu. Apa yang harus kulakukan?" ucap Ha Ni kaget.
"Kalau kreditmu tak cukup, maka terpaksa kamu harus menjalaninya lagi. Tak ada gunanya datang padaku dan menangis. Kamu sendiri yang menyebabkan hasilnya seperti itu, jadi kamulah yang harus menanggungnya" ucap Seung Jo mulai jutek.
"Aku tahu sekali" ucap Ha Ni tertunduk lesu.
"Kalau begitu, baiklah." ucap Seung Jo lalu berbalik arah meninggalkan kamar Ha Ni.
"Tunggu..." ucap Ha Ni, Seung Jo pun menghentikan langkahnya dan memandang Ha Ni. "Kupikir aku hanya tak bagus dalam belajar. Haruskah aku menyerah sekolah? Aku telah berusaha dengan caraku sendiri. Tampaknya levelku tak meningkat" ucap Ha Ni.
"Karena jika kamu melakukannya maka kamu bisa menghabiskan waktu lebih banyak untuk mengekoriku?" seru Seung Jo sambil menatap tajam Ha Ni.
"Tepatnya bukan seperti itu" ucap Ha Ni.
"Bagaimana dengan ketika semua orang belajar mati-matian demi nilai yang bagus supaya mereka bisa memperoleh pekerjaan? Apa yang kamu lakukan? Sudahkah kamu memikirkan karir masa depanmu? Kamu tak berpikir masalah menuju kehancuran dan itulah kenapa perhitunganmu salah dan kreditmu tidak bertambah" ucap Seung Jo.
"Baek Seung Jo!" ucap Ha Ni lirih.
"Aku salah?" ucap Seung Jo sambil melotot.
"Kamu tak tahu perasaanku. Kamu pandai dalam segala hal bahkan tanpa kamu mencobanya, baik dalam tingkatan maupun olahraga. Kamu terkenal diantara para gadis. Baek Seung Jo, kamu tak mengerti perjuangan orang lain. Orang sepertimu tak bisa mengerti perasaanku" ucap Ha Ni kesal.
"Kalau kamu tak punya ketekunan, apa yang tersisa darimu? Kalau begitu kamu...tidak punya daya tarik" ucap Seung Jo. Ha Ni mulai memasang wajah jutek mendengar ucapan Seung Jo tersebut.
"Kamu orang yang sedingin ini. Baek Seung Jo" ucap Ha Ni lalu berdiri memakai mantelnya.
"Kamu mau kemana?" tanya Seung Jo.
"Kemana saja" jawab Ha Ni kesal.
"Ada tempat yang bahkan bisa kamu datangi di tengah malam seperti ini?" tanya Seung Jo. Ha Ni berfikir sejenak,
"Ada. Aku bisa saja pergi ke pria lain" ucap Ha Ni kesal.
"Jadi kamu punya keberanian macam itu? Bong Joong Gu atau...Kyung So sunbae?" ucap Seung Jo sambil tersenyum.
"Bahkan walau kamu nanti menyesalinya, aku tak akan peduli" ucap Ha Ni.
"Silahkan lakukan" ujar Seung Jo kemudian meninggalkan kamar Ha Ni.
Ha Ni meninggalkan rumah Seung Jo sambil membawa koper besar, ia bergumam sendiri,"Kamu kelewatan, Baek Seung Jo! Aku sudah marah karena kreditku, dan kamu bertindak kelewatan. Secerianya aku, aku juga masih bisa terluka. Yang aku inginkan adalah kamu sedikit menenangkanku. Baek Seung Jo berdarah dingin!" Seung Jo mengambil minuman, sang ibu menghampirinya,
"Kamu bilang apa pada Ha Ni? Dia tipe gadis yang tak mudah menyerah, bahkan saat kamu menjahatinya. Beritahu. Kamu bilang apa padanya? Apa yang kamu ucapkan hingga dia bisa pergi?" tanya ibunya
"Mungkin dia pergi ke tempat temannya. Disamping itu, aku tidak berkata berlebihan. Aku hanya memberinya motivasi karena tampaknya dia diberi peringatan akademik" ucap Seung Jo.
"Kamu sungguh, ibu kira kalian baik-baik saja. Kenapa kamu seperti itu lagi?" ucap ibunya.
"Ini kesempatan yang bagus. Dia perlu berpisah dariku untuk sementara, jadi dia bisa memikirkan dirinya sendiri" ucap Seung Jo. Ha Ni mendatangi salon tempat kerja Jo Ri, Jo Ri sedang menyapu sisa potongan rambut. Ha Ni memanggil Jo Ri, Jo Ri kaget melihat kedatangan Ha Ni membawa koper besar.
"Ha Ni! Kenapa kamu disini?" tanya nya heran.
"Aku...Aku kabur dari rumah" jawab Ha Ni.
"Apa?" seru Jo Ri kaget.
Ha Ni, Jo Ri, dan Min Ah pergi ke cafe, mereka pun minum untuk menghilangkan stress.
"Kamu gagal di salah satu kelasmu, ya? Jadi kamu bertengkar dengan Baek Seung Jo? Pertengkaran kekasih?" ujar Jo Ri
"Hei! Aku sedang tidak mood bercanda!" ujar Ha Ni kesal.
"Bahkan walau kamu benar-benar marah, siapa yang akan pergi dari rumah begitu saja?" ucap Min Ah.
"Dia mungkin akan datang mencarinya" ucap Jo Ri.
"Benarkah?" ucap Ha Ni senang.
"Aku tak tahu. Sudah lama kita tidak minum bir sebaik ini, ayo minum!" ucap Min Ah.
"Ya! Minum!" ucap Jo Ri, Mereka pun mengadu gelas minuman mereka. Namun Ha Ni terlihat murung.
"Jangan cemas dan minum saja. Kamu bisa bermalam ditempatku" ucap Min Ah.
"Terima kasih" ucap Ha Ni. Setelah bosan minum, mereka bertiga pulang naik taksi, Jo Ri tertidur di bahu Ha Ni, Sedangkan Ha Ni terlihat sedang berfikir, ia bergumam dalam hati, "Apakah Seung Jo sudah tidur? Tidak, tak mungkin. Karena aku pergi seperti itu, dia pasti cemas hingga tak bisa tidur. Akankah dia datang mencariku? Haruskah aku mengirimnya pesan agar setidaknya dia tahu aku ada dimana? Bagaimanapun juga, tampaknya aku kelewatan. Berkata kalau aku akan pergi ke pria lain. Besok dia akan mencariku, kan? Mungkin dia sedang intropeksi, kan? Baek Seung Jo, Aku kesepian tanpamu. Ini mengecewakan, tapi...Aku merindukanmu, Seung Jo!" Keesokan harinya, Ha Ni pergi ke kampus dengan ceria bersama kedua temannya.
"Oh Ha Ni, tampaknya kamu tidak tidur nyenyak. Kalau kamu merindukan Seung Jo, pulanglah ke rumah" goda Min Ah.
Aku tak bisa menyerah sekarang karena aku sudah sejauh ini. Ini kesempatan yang baik untuk membuat Seung Jo sadar betapa berharganya kehadiranku. Aku tak bisa terus-menerus jadi satu-satunya yang berkata aku menyukainya" ucap Ha Ni sebal.
"Aigoo, Oh Ha Ni! Baru sekarang kamu menyadarinya? Aku harus pergi. Aku bisa terlambat" ucap Jo Ri. Mereka pun berpisah. Tinggallah Ha Ni dan Min Ah, Min Ah meraih tangan Ha Ni lalu berkata, "Ya, kamu berpikir dengan benar. Kamu seharusnya juga bisa melakukannya".
"Tapi bagaimana keadaan Seung Jo? Haruskah aku mengintipnya dari jauh?" ucap Ha Ni cengengesan.
"Oh Ha Ni!" rengek Min Ah.
"Kenapa? Ini menyenangkan! Melihat wajah penuh perjuangan Seung Jo karena dia merindukanku. Ayo pergi, oke?" ucap Ha Ni penuh percaya diri. Min Ah menutup telinganya, namun apa daya, akhirnya ia ikut menemani Ha Ni mengintip Seung Jo. Seung Jo sedang berkumpul bersama teman-temannya. "Tampaknya dia bersenang-senang. Dia tidak tampak kesusahan sama sekali." ujar Min Ah memanas-manasi Ha Ni. Ha Ni merasa kesal.
"Aku benar-benar tak akan pulang ke rumah! Tak akan pernah!" ujar Ha Ni kesal. Sementara itu, di rumah Ayah n Ibu Seung Jo beserta ayah Ha Ni sedang berkumpul minum teh, Ibu Seung Jo tampak murung, ia pun mendesah kecewa.
"Kamu mendesah lagi?" ucap sang suami.
"Ha Ni pergi kemarin dan belum menelepon" ucap ibu Seung Jo.
Seung Jo memasuki rumah, "Aku pulang!" serunya.
"Oh, kamu pulang lebih awal! Bagaimana Ha Ni? Kamu menemukannya?" tanya ibunya dengan antusias.
"Tidak" seru Seung Jo.
"Bagaimana
kalau mengakhirinya saja dan bawa dia pulang ke rumah? Ha Ni juga
sedang keras kepala sekarang. Dia ingin pulang tapi tak ada kesempatan,
jadi dia kesusahan. Bahkan kamu tak tahu itu?" ucap sang ibu merayu
putranya. Seung Jo cuek lalu bergegas naik ke kamarnya.
"Bagaimana bisa orang sedingin itu? Oh kasihan Ha Ni!" ucap ibu Seung Jo sedih."Ah biarkan saja mereka" ujar ayah Seung Jo.
"Pada akhirnya, ini adalah permasalahan mereka. Tidakkah akan ada hal yang baik terjadi karena Ha Ni berpisah sementara?" ujar ayah Ha Ni bijak.
"Kalau Gi Dong shi juga berkata begitu, apa yang bisa ku lakukan? Ha Ni! Dia baru pergi satu hari dan aku sudah sangat merindukannya" ujar ibu Seung Jo dengan wajah murung. Min Ah berbicara pada Ha Ni, ia merasa tidak enak harus meminta Ha Ni keluar dari rumahnya karena keluarganya mau datang.
"Maafkan aku. Keluargaku tiba-tiba datang. Kamu akan pulang ke rumah, kan?" ucap Min Ah,
"Hah?" seru Ha Ni kaget.
"Jangan seperti itu dan pulanglah ke rumah. Dia mungkin sudah sedikit kelewatan, tapi kurasa dia mengatakan itu semua demi kebaikanmu. Pulanglah" rayu Min Ah.
"Oke. Kamu pulang duluan" ucap Ha Ni sambil tersenyum.
"Maafkan aku, Ha Ni. Semangat!" ucap Min Ah sambil memegang pundak Ha Ni.
"Aku pergi." ucap Ha Ni kemudian berjalan membelakangi Min Ah, namun beberapa saat kemudian ia menengok kebelakang melihat Min Ah. Min Ah memberinya semangat, ia pun menghampiri Min Ah,
"Masuk duluan. Mereka menunggumu" ujarnya sambil mendorong tubuh Min Ah.
"Hah? Aku pergi. Pulanglah." ucap Min Ah sambil berlari meninggalkan Ha Ni. Ha Ni berdiri termangu di jalan, ia bergumam sendirian, "Aku akan kemana sekarang? Baek Seung Jo jelek! Bahkan dia tidak cemas! Bagaimana bisa dia bahkan tidak menelepon?" Di rumah, Seung Jo sedang belajar dikamarnya, namun pikirannya tidak tenang, ia meraih Hp nya dan mencoba menghubungi Ha Ni, namun ia urungkan niatnya.
Ha Ni berjalan di keramaian malam, tiba-tiba ada orang mabuk yang menabraknya, ia ketakutan sehingga berjalan cepat. Dan duduk di pinggir jalan. Seung Jo menuruni anak tangga, tiba-tiba ibunya lewat dengan tergesa-gesa,
"Ibu mau kemana tengah malam begini?" tanya Seung Jo.
"Karena kamu tidak mencarinya, setidaknya yang bisa kulakukan adalah pergi dan mencarinya sendiri" ucap Ibunya memasang wajah sebal.
"Aku juga cemas. Tapi karena ini terjadi, ibu harus membiarkannya menyelesaikan masalahnya sendiri. Demi kebahagiaan Ha Ni, ini hal yang baik." ucap Seung jo.
"Aku mengerti. Tapi kamu... kamu tahu...? Perasaan seseorang tidak memiliki jawaban seperti permasalahan matematika. Jawaban yang benar... Aku juga tak tahu." ucap ibunya lalu bergegas meninggalkan Seung Jo. Ha Ni berjalan menyusuri tepi jalan sambil bergumam dalam hati, "Kata-kata Seung Jo benar... Aku selalu bergantung pada orang lain. Aku tak pernah memikirkan diriku sendiri atau melakukan sesuatu untuk masa depanku. Aku masih belum bisa pulang. Aku yang seperti ini tidak berubah sama sekali. Tunggu saja, sebelum kita menikah, aku akan menjadi wanita yang berharga bagimu, Seung Jo". Tiba-tiba perut Ha Ni bersuara, ia pun pergi warung makan di depannya, kebetulan disana sedang membutuhkan tenaga kerja, sehingga Ha Ni bekerja disana. Keesokan harinya Min Ah cerita kepada Jo Ri bahwa Ha Ni kerja paruh waktu, dan tiba-tiba Seung Jo sudah muncul dihadapan mereka. Mereka pun terkejut.
Sementara itu Ha Ni sibuk bekerja di Restoran. Ha Ni mnegantar pesanan, dan tidak sengaja bertemu He Ra, ia mencoba menghindar, namun He Ra menarik tangannya.
"Oh Ha Ni? Tunggu. Bukankah kamu Oh Ha Ni? Apa yang sedang kamu lakukan disini, Ha Ni? Kamu sedang bekerja?" tanya He Ra.
"Sejenis itu. Ku dengar kamu masuk ke program hukum. Kamu pasti belajar untuk ujian lisensi, ya? Kudengar itu sangat susah." ucap Ha Ni berbasa-basi.
"Jika kamu bukan orang seperti si jenius Baek Seung Jo, maka akan susah untuk melewatinya dalam sekali coba. Bahkan ada orang yang telah mengambil tes selama 12 tahun" ucap He Ra.
"Kalian sangat beruntung segalanya sangat mudah bagi kalian" ucap Ha Ni sambil tersenyum pahit.
"Banyak orang bilang seperti itu. Tapi tak peduli betapa pintarnya kamu, sangat susah mengikuti massa. Aku tak yakin, tapi Seung Jo mungkin juga sedang berusaha sangat keras sekarang ini. Tak ada yang gratis didunia ini, nak. Karena kamu kesusahan dalam belajar, kamu mencoba menemukan hal lain untuk dikerjakan? Apa ya? Mungkinkah...ibu rumah tangga? Itu sempurna, Ha Ni. Kamu dan baki itu tampak sempurna bersama-sama. Bekerja keraslah. Aku bersumber padamu. Eonnie (kakak) harus pergi. Aku harus belajar. Silakan lanjutkan." ucap He Ra menggoda Ha Ni kemudian pergi meninggalkannya.
Ha Ni hanya bisa mencibir He Ra, kemudian mengangkat bakinya dan pulang ke restoran. Sesampainya di Resto, Ha Ni diminta mengantarkan pesanan di meja 9. yang tak lain adalah Seung Jo. Namun Ha Ni dengan polosnya mengantarkan makanan tanpa melihat siapa pemesannya. Seung Jo mencicipi Sup tersebut.
"Ini tak ada rasanya" ucap Seung Jo sambil membanting sendok. Ha Ni kaget ia pun kembali ke meja tersebut,
"Masa? Aku akan membuatnya lagi" ucap nya sambil menunduk.
"Bahkan walau kamu membuatnya lagi, mungkin rasanya akan sama saja"ucap Seung Jo memandang Ha Ni.
"Seung Jo" seru Ha Ni kaget begitu tahu orang yang dihadapannya adalah Seung Jo.
"Temanmu bilang makanan disini enak? Ada apa dengan rasanya?" gerutu Seung Jo. Seung Jo dan Ha Ni bicara di luar, Seung Jo duduk di bangku, sementara Ha Ni berdiri terpaku,
"Oke. Apa yang akan kamu lakukan dimasa depan?" tanya Seung Jo.
"Berpisah darimu selama beberapa hari...Aku sadar betapa melelahkannya aku didepanmu dan betapa kekanak-kanakannya aku. Kurasa aku berlebihan memikirkan kesenanganku.
"Jadi, Kamu telah membuat keputusan setelah memikirkannya?" tanya Seung Jo.
"Apa hal yang paling ingin kulakukan? Aku telah memikirkannya" ucap Ha Ni.
"Apa itu?" tanya Seung Jo.
"Seung Jo, mungkin kamu pikir ini konyol dan menertawakanku. Tak peduli seberapa banyak aku memikirkannya, cuma ini hal yang ingin aku lakukan.
Membantu pekerjaan Baek Seung Jo" ucap Ha Ni malu-malu. Seung Jo mulai tersenyum, ia pikir memang Ha Ni tidak pernah jauh-jauh dari mengekorinya.
"Aku akan menjadi perawat" ucap Ha Ni, Seung Jo kaget mendengarnya, ia pun memandang ke arah Ha Ni.
"Karena ini harus dijalankan dengan hidup (kehidupan), mungkin kamu berpikir ini berlebihan untukku Walaupun begitu, aku serius memikirkannya. Aku ingin menjadi istri yang serasi denganmu" ucap Ha Ni. Seung Jo tersenyum, kemudian bangkit mendekati Ha Ni dan mengelus kepalanya.
"Jadi kamu sudah banyak memikirkannya. Berusahalah yang terbaik untuk menjadi perawat" ucap Seung Jo.
"Seung Jo" panggil Ha Ni lirih, Seung Jo pun memeluk Ha Ni. "Berhentilah dan pulanglah kerumah sekarang." ucap Seung Jo.
"Tak apa aku melakukannya? Sejujurnya, aku sangat merindukanmu sampai kukira aku akan mati" ucap Ha Ni.
"Aku tahu, aku tahu semuanya" ucap Seung Jo tersenyum.
Di rumah Kedua keluarga besar sedang makan bersama.
"Kamu pasti sangat sibuk dengan sekolahmu, Seung Jo. Akan susah untuk melihatmu" ucap Ayah Ha Ni.
"Tampaknya aku akan kesusahan sampai kelulusan." ucap Seung Jo.
"Aku..."ucap Ha Ni mencoba bicara namun terpotong dengan perkataan ayah Seung Jo.
"Benar! Game yang dikembangkan Seung Jo, akan menuju game Amerika tahun depan!" ucap ayah Seung Jo.
"Wow! Hebat"ucap semuanya.
"Ada yang ingin aku katakan pada semuanya. Tolong kosongkan jadwal kalian untuk rabu yang akan datang" ucap ibu Seung Jo bersemangat.
"Rabu? Aku ada janji bermain golf dengan Kepala Yoon hari itu" ucap ayah Seung Jo.
"Pegawai restoran dan aku akan pergi" ucap ayah Ha Ni.
"Aku juga tak bisa. Aku diundang ke pesta ulang tahun"ucap Eun Jo.
"Aku juga" ucap Seung Jo. Hanya Ha Ni sendiri yang tidak punya agenda.
"Oke. Kalian batalkan semua" ucap ibu.
"Apa ini? Ada apa pada hari itu?" ucap Seung Jo.
"Pernikahanmu!" ucap Ibu.
"Pernikahan?!" ucap semuanya terkejut.
"Kamu pasti sangat sibuk dengan sekolahmu, Seung Jo. Akan susah untuk melihatmu" ucap Ayah Ha Ni.
"Tampaknya aku akan kesusahan sampai kelulusan." ucap Seung Jo.
"Aku..."ucap Ha Ni mencoba bicara namun terpotong dengan perkataan ayah Seung Jo.
"Benar! Game yang dikembangkan Seung Jo, akan menuju game Amerika tahun depan!" ucap ayah Seung Jo.
"Wow! Hebat"ucap semuanya.
"Ada yang ingin aku katakan pada semuanya. Tolong kosongkan jadwal kalian untuk rabu yang akan datang" ucap ibu Seung Jo bersemangat.
"Rabu? Aku ada janji bermain golf dengan Kepala Yoon hari itu" ucap ayah Seung Jo.
"Pegawai restoran dan aku akan pergi" ucap ayah Ha Ni.
"Aku juga tak bisa. Aku diundang ke pesta ulang tahun"ucap Eun Jo.
"Aku juga" ucap Seung Jo. Hanya Ha Ni sendiri yang tidak punya agenda.
"Oke. Kalian batalkan semua" ucap ibu.
"Apa ini? Ada apa pada hari itu?" ucap Seung Jo.
"Pernikahanmu!" ucap Ibu.
"Pernikahan?!" ucap semuanya terkejut.
http://kumpulanlirikinfokpopdankdrama.blogspot.com/
Cr : pelangidrama @blogspot
Shared :GraceElfSparkyu
Cr : pelangidrama @blogspot
Shared :GraceElfSparkyu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar